Perang, perang dan perang! Itu yang terjadi pada atmosfer dunia
skubek Tanah Air. Malah dengan perang terbuka itu, nggak sedikit
pabrikan yang klaim, kalau skubeknya paling irit di kelasnya.Melihat penampakan alias fenomena seperti itu, MOTOR Plus tak tinggal
diam. Coba melakukan pengetesan terhadap empat skubek. Yaitu Honda
Vario, Kymco Free LX, Suzuki Spin 125 dan Yamaha Mio.
Uji Komparasi 4 Merk Matic
Perang, perang dan perang! Itu yang terjadi pada atmosfer dunia skubek Tanah Air. Malah dengan perang terbuka itu, nggak sedikit pabrikan yang klaim, kalau skubeknya paling irit di kelasnya.
Perang, perang dan perang! Itu yang terjadi pada atmosfer dunia skubek Tanah Air. Malah dengan perang terbuka itu, nggak sedikit pabrikan yang klaim, kalau skubeknya paling irit di kelasnya.
Melihat penampakan alias fenomena seperti itu, MOTOR Plus tak tinggal
diam. Coba melakukan pengetesan terhadap empat skubek. Yaitu Honda
Vario, Kymco Free LX, Suzuki Spin 125 dan Yamaha Mio.
Supaya fokus, pengetesan tak menilik soal handling dan fitur lagi
seperti sudah dibahas di Em-Plus edisi 395/VI. So, empat skubek langsung
diuji oleh empat tester MOTOR Plus yang punya gaya khas dan tentu saja
berbeda.
Aries, mantan pembalap liar dan doyan balap di aspal. Ia mampu
buka-tutup gas dan pintar memainkan rpm. Herry Axl punya latar belakang
tracker. Kalau kumat, cara bawanya cenderung akseleratif dan doyan
buka-tutup gas. Isf@n, senang turing. Ia ogah main di rpm tinggi dan
suka ngurut gas seperti perlakuan pada motor lawas. Sedang Eka yang juga
eks pebali, cendrung memainkan semua karakter.
Misal, jika sampeyan suka memutar langsung grip gas ketika hendak
melaju. Sementara, ada juga pengendara yang pilih mengurut bukaan gas.
Tapi tidak menutup kemungkinan, ada juga bikers yang suka memainkan
throttle alias senang buka tutup gas.
Supaya fair dan mendekati kebenaran, seluruh tester mencoba semua
motor dalam rentang rolling thunder berjarak 120 km. Tiap 15 km, skubek
ganti tester dengan metode stop and go. Perbedaan karakter ini jelas
mempengaruhi konsumsi bahan bakar setiap skubek. Oh ya, tentunya pengin
tahu juga dong spek masing-masing tester terutama berat badannya. Aries
77 kg, Axl 64 kg, Isf@n 70 kg dan Eka 60 kg. Jika diambil rata-rata,
maka total beban tanggungan tiap skubek 67,8 kg.
Makin afdal, seluruh tester dibebani peraturan. Jarak 60 km awal,
semua rider tidak diperbolehkan geber skubek di atas 70 km/jam
(rata-rata berkendara dalam kota).
Lahan rolling hard dibuat bervariasi. Mulai dari kantor dan dalam
kota, menuju provinsi Banten ke arah Cileduk dan Serpong, Tangerang.
Kilometer pertama, disuguhi hiruk pikuknya kemacetan Jakarta. Buka-tutup
gas nggak beraturan.
Tak lama kemudian kami disuguhi jalan sempit dan lengang pinggiran
kota tapi banyak polisi tidur. “Oi.., yuk masuk jalanan off-road, pengin
tahu nih, siapa yang lebih irit,” kata Axl. Wow, naluri grasstracknya
keluar! Usai menempuh rute yang diinginkan, konsumsi bensin dihitung
ulang. Prosesnya, skubek diisi kembali di SPBU. Sebagai catatan, kondisi
tangki dalam keadaan penuh sejak berangkat.
Itu metode pertama, lho! Setelah 60 km terakhir, pengetesan dilakukan
dengan kecepatan bebas. Di sini keempat skubek diuji serius. Karakter
setiap rider lebih bebas keluar. Semuanya mencoba besut dengan kecepatan
puncak di setiap motor. Prilaku ini diambil lantaran tidak sedikitnya
bikers yang memacu hingga limit kecepatan.
Berdasarkan dua metode ini, Em-Plus mengungkap data konsumsi bensin.
Ingin tahu berapa konsumsi bensin yang dihabiskan? Jangan ngopi dulu!
TES PERTAMA
Bensin dipukul rata! Artinya, semua skubek wajib minum bensin tanpa
timbel atau Premium TT. Sesuai kesepakatan, empat tester mulai
mengendari besutan dengan gaya berbeda. Kecepatan seluruh skubek,
dipatok tidak boleh lebih dari 70 km/jam.
Sesi pertama, Honda Vario menunjukan keunggulan. Lantaran skubek
pabrikan berlambang sayap mengepak ini, mampu menempuh jarak 48,8 km
untuk 1 liter Premium. Angka segitu tergolong irit buat ukuran konsumsi
skubek.
Bisa seperti itu, karena power mesin yang dihasilkan Vario sejak
putaran rendah hingga menengah cukup rata. Aliran tenaga merata seiring
bukaan V-Belt. Jadi, meski kerap dibejek atau buka-tutup gas, konsumsi
bensin tidak terlalu pengaruh.
Suzuki Spin 125, berhasil menduduki peringkat kedua dalam konsumsi
BBM. Satu liter Premium TT, sanggup menempuh jarak 42,4 km. Sayang,
meski mesin Spin 125 lebih besar 15 cc dari kompetitor, tapi belum mampu
menutup kekurangan skubek yang rata-rata cukup boros BBM.
Sementara itu, Kymco Free LX bertengger di urutan ke-3. Bisa jadi,
ini karena ban besar di pelek diameter 12 inci, cukup berat dipuntir
mesin sebagai awalan buat start. Sehingga daya gesek ban dengan aspal
cukup besar.
Posisi terakhir Yamaha Mio. Cukup unik karena kalau dilihat dari
kapasitas Mio paling imut. Tapi untuk kelas skubek, kapasitas kecil
membuat putaran mesin di awalan (akselerasi) jadi butuh lebih tinggi.
Nah, di sinilah kelemahannya. Apalagi jalan yang dilintasi kebanyakan
agak ‘pamer paha’ alias padat merayap patah harapan alias macet, bo!
Jadi buka-tutup gas lebih sering terjadi.
TES KEDUA
Sesuai perjanjian, pada sesi kedua dipaksa jalan lebih kencang.
Tester diperbolehkan jalan secepatnya menuju kantor. Rute jalan yang
dilalui sama dengan jalan berangkat. Hanya saja, kondisi lalu lintas
agak lancar ketimbang berangkat.
Bensin pun diisi ulang sampai penuh dengan Premium TT. Di sini, Free
LX menunjukkan ketangguhan. Jika test pertama skubek Kymco ini
bertengger di posisi ke-3, pada sesi kedua muncul jadi yang terbaik.
Konsumsi bensin paling irit. Satu liter Premium TT, mampu meluncurkan sejauh 42 km. Padahal dalam perjalanan pulang itu, empat skubek ini kerap digeber hingga top speed.
Konsumsi bensin paling irit. Satu liter Premium TT, mampu meluncurkan sejauh 42 km. Padahal dalam perjalanan pulang itu, empat skubek ini kerap digeber hingga top speed.
Kembali Vario membuktikan, bahwa teknologi Honda tetap mengacu pada
hemat bensin. Motor yang dipromosikan Agnes Monica itu, ke-2 dalam
urusan konsumsi bahan bakar saat adu geber-geberan. Tapi tentunya
penggunanan Premium TT jadi lebih boros ketimbang dipakai santai di
bawah 70 km/jam.
Suzuki Spin 125 berada di urutan ketiga. Tapi penggunaan bensin masih
realitis untuk kategori skubek. Ingat lho, skubek memang lebih boros
ketimbang bebek. Itu karena skubek menggunakan sistem penggerak CVT.
Dalam test kedua sayangnya Mio tidak bisa memperbaiki performa.
Skubek yang punya slogan promosi otomatis duluan ini, agak royal minum
bensin.
Tapi jika diperhatikan penambahan kebutuhan bensin, Mio paling
jempolan. Dibawa secara alus atau digeber abiz, tidak drastis menyedot
Premium TT. Untuk 1 liter jarak tempuhnya, hanya berkurang 3,6 km.
Sementara untuk skubek lain bisa berkurang di atas 5 km.
Hasil Pengetesan I
1. Honda Vario : 48.8 km
2. Suzuki Spin 125 : 42.4 km
3. Kymco Free LX : 34 km
4. Yamaha Mio : 32.2 km
2. Suzuki Spin 125 : 42.4 km
3. Kymco Free LX : 34 km
4. Yamaha Mio : 32.2 km
Hasil Pengetesan II
1. Kymco Free LX : 42 km / ltr
2. Honda Vario : 39,4 km / ltr
3. Suzuki Spin 125 : 32,5 km / ltr
4. Yamaha Mio : 28,6 km / ltr
2. Honda Vario : 39,4 km / ltr
3. Suzuki Spin 125 : 32,5 km / ltr
4. Yamaha Mio : 28,6 km / ltr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar